Assalamu’alaikum.
This Wednesday was great.
Oke, let’s start.
Sebelumnya aku baca di blog Raditya Dika kalau dia mau ke gramedia Solo hari Rabu jam 1 siang. Lalu kepikiran buat datang walau entah ada teman atau enggak. Akhirnya aku bikin rencana.
# Rencana 1
Berangkat dari rumah jam setengah 1 biar bisa ngikutin acara dari awal.
Dan rencana ini ... GAGAL karena paginya masih harus ke kampus buat nyari tanda tangan Pembimbing Akademik (PA). Padahal udah dari hari senin mau mintanya tapi belum ketemu-ketemu. Well, oke... kalau gitu bikin rencana lagi.
#Rencana 2
Paginya ketemu PA trus pulang dulu, lalu ke gramedia.
Dan rencana ini... GAGAL karena ternyata sungguh sangat sulit untuk mendapatkan tanda tangan beliau.
Sebelumnya aku dapat sms dari teman yang mengabarkan kalau Bapak dosen sudah di kampus dan akan ada acara jam 10 pagi. Sms itu dikirim jam 9, tapi baru kubaca jam setengah sepuluh lebih. Oh no! Perjalanan dari rumah ke kampus saja paling tidak 15 menit. Mana aku belum siap-siap. Refleks setelah membaca sms, aku ngacir ke kampus. Di jalan ngebut, dan sampai kampus jam 10 tepat. Dari parkiran menuju ke ruang dosen yang ada di pikiran hanya “can I make it?”. Setelah sampai di depan ruangan beliau ternyata masih ada beberapa mahasiswa yang ngantri. Dan aku sangat legaaa.... tapi eh tapi ketika setelah ditunggu sekitar 15 menit beliau sudah mau pergi, dan aku tetep kekeuh mau minta tanda tangan, hasilnya nihil. “Nanti ya mbak, setelah rapat saya selesai”, kata Pak Dosen. Yang berarti aku bisa menemui beliau jam setengah 12an dan berarti pula rencana kedua untuk pulang dulu ke rumah tidak dapat terlaksana.
Well, it’s okay.. mari bikin rencana lagi
#Rencana 3
Berangkat dari kampus jam setengah 1.
Ehm, akhirnya setelah penantian yang panjang, aku berangkat dari kampus jam setengah 2. Berarti rencananya sukses atau gagal? Hahaha
Oke, skip saja cerita tentang bagaimana akhirnya aku dapat tanda tangan itu, bagaimana ketika di dalam ruang PA ditanya tentang masa depan, bagaimana bisa PA ku berkata kalau pacarku anak teknik dan beberapa hari lalu melihatku sedang dibonceng pacarku tersebut.
Well, it’s weird. I am single and very happy. You saw other person, Mister.
Dan akhirnya dengan seorang teman dan seorang teman lagi, sampailah aku di gramedia Solo dengan tempat parkir motor yang sudah sangat padat.
Segera aku naik ke lantai 2 tempat acara berlangsung dan ternyata sudah rame banget. Akhirnya hanya bisa lihat dari agak jauh, itupun kadang kelihatan Bang Dika nya, kadang enggak. Udah ga kelihatan, soundnya juga ga terlalu jelas. Tapi paling ga bisa sedikit merefresh otak yang lagi butek.
The crowd
Acara terkahir dari sebuah talkshow seperti ini mestinya tanda tangan sang penulis. Seperti usahaku buat dapat tandatangan PA belum seberapa, sekarang dihadapkan harus ngantri panjang banget sama (kebanyakan) anak-anak berseragam putih-abu. Dan seketika itu juga aku jadi males minta tanda tangan.
Tapi akhirnya ketika yang ngantri tinggal 5 orang, aku pun ikut ngantri. Udah mau giliranku maju giliran bingung mau foto bareng enggak. Karena rasanya aneh banget, saya, Dewi Utari, mahasiswa ekonomi semester 7, sedang ngantri buat ngedapetin tanda tangan ma foto bareng Raditya Dika diantara seragam putih-abu dan remaja lainnya. Aneh.
Ketemu Ida
Walau pada akhirnya aku foto bareng juga dan bisa sedikit ngobrol ma Bang Dika. Hahahaha, sungguh aneh dan agak malu juga udah gede masih kayak gini. dan aku jadi kepikiran, gimana kalau Band Dika ternyata Justin Timberlake. Hmm, mungkin aku pingsan sebelum sempet foto bareng.
Oh well, setelah acara itu berakhir, aku jadi kepikiran. Segitukah harga sebuah ketenaran?
Bayangin aja, talkshow itu juga ada sehari sebelumnya di Jogja, dan acaranya serangakaian. Di mana pas talkshow si penulis harus menceritakan isi bukunya lanjut tanya-jawab sama penonton dan bagian terberat barangkali adalah ketika sesi tanda tangan dan foto bareng. Di situ Bang Dika entah nandatangangi dan pose sama berapa ratus orang. Setelah tanda tangan lalu berpose dengan pembacanya. Dan selalu harus menampakkan wajah yang ceria. Capek? Tentu! Cuma ngantri aja capek apalagi si penulis. Tapi salut juga sama Bang Dika yang mau melayani semua permintaan dengan ramah. Apalagi permintaan aneh seperti ini, “Bang, pose mirip kambing donk”. Dan hasilnya....
Well, oke, sekarang kalau dipikir-pikir aku merasa aneh. Kenapa juga bilang hal seperti itu, padahal kan dia nya sudah jelas-jelas kambing, masa suruh pose mirip kambing? Eh, astaghfirullah, bukan, maksudku kenapa aku bisa bilang seperti itu di depan Raditya Dika? What was on my mind? Berasa kejam bener aku...
Dan, sampai saat ini aku masih merasa aneh dengan diriku sendiri. Aneh kenapa waktu itu aku pada akhirnya mau juga ngantri dan minta tanda tangan. Padahal dulu pas Tomy kurniawan ke kampus, aku hanya melewatinya dan bilang dalam hati, “oh, itu Tomy ya? Putih banget..”. that’s it. Ga minta foto bareng kayak temen-temen lain. Lha ini, aku malah foto sama Raditya Dika.
Anyway, aku bukanlah orang yang punya semua bukunya Bang Dika, Tapi aku pernah baca buku-bukunya, ngikutin blog ma twitternya. Melihat banyak yang ngasih respon positif di buku barunya alias Marmut Merah Jambu, akhirnya aku beli juga buku itu. Sebelumnya yang aku harapin pas baca buku ini bisa ngakak guling-guling seperti para pembaca yang lain. Tapi nyatanya enggak juga. Paling beberapa saja yang bikin ketawa, lainnya berisi tentang cinta. Ya emang buku itu kayak gitu kali ya...
Bab yang paling berkesan dan ngena banget buat aku yaitu bab pertama, “Orang Yang Jatuh Cinta Diam-Diam”. Selain itu ada “How I meet You, Not Your Mother” yang nyeritain tentang hubungannya ma Sherina (favoritku). Di bab ini aku hanya berpikir kenapa mereka sudahan. Hmm... Lalu ada “Buku Harian Alfa”, jadi kepikiran gimana kalau kucing-kucingku punya blog sendiri. Haha... dan yang terakhir “Marmut Merah Jambu”. Bagaimana bisa sang penulis masih bisa think logic when he’s in love?
Dan aku suka kata-kata di akhir tiap bab... which is... so much true..
“Karena luka hati, terutama ketika tidak dijahit, bisa jadi tidak akan pernah kering”. –Balada Sunatan Edgar-
“Apa yang harus kita lakukan pada kenangan yang memaksa untuk terus diingat?”
-Catatan Si Pemeran Utama dengan Muka kayak Figuran-
“Satu kalimat yang ditulis oleh seseorang bisa membuat kita gak bisa tidur semalaman”
“Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang telah digambarkan. Dan masing-masing dari kita, kalau diizinkan, akan saling bersinggungan”. –How I meet You, Not Your Mother-
“Cinta mungkin buta, tapi kadang, untuk bis melihatnya dengan lebih jelas, kita hanya butuh kacamata yang pas”. –Cinta di Atas Sepotong Chatting-
“Kalau mimpi kita ketinggian, kadang kita perlu dibangunkan oleh orang lain” –Dabel Trabel-
Yes, this Wednesday was great for me. Pagi yang ribet cari tanda tangan. Siang yang harus berjuang untuk tanda tangan lagi. Dan malam yang membuat tersenyum di depan layar 14”.
Hope your day will great as mine.
Wassalamu’alaikum...
P.S:
- Since then, aku jadi ngefans ma Bang Dika, LoL.
- Foto di atas dari Hp seorang teman, makasih ya..
3 comments:
dewi, ak terharu, kamu mengepost rupaku juga T.T hoakakak
Wah..
Kaya apa aja, deww..
Sini sekalian cari tanda tanganku, ntar keburu blogku terkenal, susah looh carinya.. hahahaha
:P
wwaaahh...
km harus bayar royalty nih wi,,
aku ja belum ngepost tuh potho2,,
hehehe
but,,sama2 wi,, :)
Post a Comment