Sunday, May 10, 2009

Menunggumu Menungguku




Waktu itu, aku ada janji dengan temanku untuk mengerjakan tugas luar kuliah di kosnya. Setelah sms-an kita sepakat untuk mengerjakan tugas itu agak siangan. Akupun berangkat dari rumah jam 11an siang, sampai di kos temen jam setengah 12an. Ternyata, temenku bilang dia habis nyuci, belum menjemurnya, belum makan, dan pula, komputer yang ada di kamarnya sedang di pakai temen kosnya sampai sekitar jam 1an. Wah, rasanya pengen marah! Lalu akhirnya aku pun pergi ke warnet. Karena pengen mencoba pakai paket 2 jam ngenet di suatu warnet, akupun bilang ke temenku kalau aku akan balik ke kosnya hampir jam 2, tapi kata temenku itu kelamaan. Akhirnya setelah ngomong2, dia pun mengiyakanku untuk ngenet 2 jam daripada menunggu jam 1 di kosnya. Waktu 2 jam di warnet berlalu dengan cepat, kemudian aku kembali ke kosnya. Dan ternyata aku harus dihadapkan pada kenyataan bahwa sampai di sana dia masih sholat, lalu makan. Huahhhhh…. rasanya udah di ubun-ubun, pengen marah! Padahal sebelumnya aku udah bilang kalau aku hanya bisa menemani sampai jam 3. Dan akupun menunggunya di kamarnya..

Menunggu..........

Kata yang sering ditulis oleh kebanyakan orang jika mengisi data tentang dirinya..

Hal yang paling dibenci : menunggu

Sudah sering aku baca seperti itu, toh aku sendiri juga pernah melakukannya.

Menunggu bisa saja menjadi hal yang menyenangkan atau hal yang sangat menyebalkan. Menyenangkan bagi seorang ibu hamil yang sedang menanti kelahiran bayinya, bagi calon pasangan pengantin yang bersiap mengucap janji, dan pada waktu penantian yang membahagiakan lainnya.

Dan akan sangat menyebalkan bagi orang yang menanti orang lain yang telah berjanji akan bertemu di suatu tempat, bagi yang menanti orang yang menjemputnya akan datang, bagi yang berharap agar rapat ataupun acara lainnya agar segera dimulai, dan “bagi-bagi” hal yang menyebalkan lainnya atau ketika menunggumu untuk menungguku.

Banyak hal yang menyebabkan “menunggu” itu terjadi. Karena memang tidak adanya kedisiplinan dalam diri manusia tersebut ataupun karena faktor eksternal di luar kuasa kita.

Jujur kuakui, aku bukanlah orang yang memiliki kedisiplinan yang tinggi, tapi aku mau belajar untuk itu. Aku sering membuat orang di sekelilingku menungguku. Dan aku benci itu. Kemudian suatu ketika, setelah mendapat masukan, membaca buku, dan kesadaran pribadi, akupun berlatih untuk menjadi orang yang lebih disiplin, lebih on time saat ada janji lebih tepatnya. Waktu itu, aku pikir jika kita sudah mencoba untuk datang tepat waktu, maka orang lain akan menghargai kita dan mereka pun akan melakukan hal yang sama. Bukankah ”treat others as you want to be treated” ? Tapi, apa yang kudapat? Mereka tetap bertahan dengan “tradisi mereka”, tukang ngaret, molor, dsb. Ketika itu, aku ada janji untuk suatu acara bersama beberapa kawan dan kakak tingkat. Waktu itu, aku datang pertama, langsung menuju ke tempat kami janjian, di kampus. Nyatanya belum ada orang, setelah menunggu, datanglah kakak tingkat tersebut. Kemudian, aku dan beliau menunggu. Penantian itu berakhir dengan sms dari kawan2ku yang menyatakan bahwa mereka tidak bisa hadir. Ya, dengan santainya mereka konfirmasi di saat terakhir. Akhirnya, aku dan kakak tingkat memutuskan untuk pulang. Aku pulang karena memang tidak ada agenda di kampus waktu itu. Saat itu aku ingin marah dan aku sungguh kecewa. Untuk apa aku jauh2 pergi ke kampus dari rumah jika akhirnya hasilnya nol. Menghabiskan bensin, tenaga. Huh..... Kalau saja aku anak kos seperti kebanyakan dari kawanku yang diundang itu, tentu bukanlah masalah besar. Atau aku yang terlalu hiperbolis?

Pernah aku berpikir, bagaimana jika kita telah membuat janji dengan seseorang lalu setelah ditunggu 1 jam dia tidak datang, aku tinggal saja orang itu. Dan hal itu hanya berhenti di pemikiranku saja. Sulit melakukannya, karena mereka temanku, sahabatku. Hingga, pada suatu saat, pada akhirnya, akupun memutuskan untuk kembali ke kebiasaan burukku. Kembali molor. Karena tepat waktupun tak berguna. Tapi coba bayangkan jika semua orang di dunia ini berpikiran sepertiku. Dunia akan kacau, jam tak lagi akan berguna sebagaimana mestinya karena semua berpikir ”being on time is useless”.

Seperti yang aku bilang sebelumnya, sampai saat ini aku masih bermasalah dengan yang namanya disiplin, on time, atau apapun itu. Aku sering terlambat masuk kuliah, setengah jam pun pernah. Tapi kenapa aku seperti orang yang tidak kapok untuk datang terlambat? (Pembelaanku) Karena most of the student in my class did late. Dosen juga ga negur gimana, dosen-dosen itu kelampau baik menurutku. Beda banget pas aku baca kalau kamu kuliah di Australia, being on time is a must. Telat 5 menit aja, mahasiswa yang mau masuk bakalan mikir banget, merasa bersalah. Dosen juga on time pastinya. See the different???

Do you know that our President, SBY, is an on time person?? A discipline one?? Yep, that’s right, I’ve read in a book that he and some person (some like cabinet minister, guardian) were the first country came to an international meeting (with other countries of course). They were very on time, came in the room some minutes earlier. And guess what?? The room is still empty. They didn’t even see the committee. So, our President and his team have to wait until the other guest come. It’s like, uh, cool…. One room, just Indonesian.

Back to myself,

And at last, from now on, I think I have to change my bad habbit, about being on time, discipline. Okei, I know it’s not a impossible thing, I’ll learn step by step. I’ll do step by step. I promise. V

I hope, one day, people will remain me as an “on time girl”. It’s quite hard for me, I know, but I’ll try my best.

dew_dew_miauw

2 comments:

Anonymous said...

wi'...
after i hav read your post, i just wanna say that
I am really2 sorry...
i hope that i don't do that fool again..

^QuueNey^

dew_miauw said...

wuaaaa.....
why do you say sorry to me?
that wan't your fault friend,
cheers..