Wednesday, February 23, 2011

Letter to You

Anis and me wearing the same shirt. This picture was taken in 2009.



Solo, February 18th 2011


Dear my beautiful lady,


Time goes by like a blink of an eye

Been 10 years since first time we met

From tears to joy.

From quarrel to laughter

From argue to agree.

From sorrow to happines

All the bittersweet memories we’ve been through like running

in my mind in the speed of light


I remember, some years ago when we’re at senior high school you’ve texted me.

At the end of message you said that you miss me.

At that time, i was like, “uhm, okay, but I don’t”

But right now, i feel like I miss you thousand more than before

Thousand than you’ve ever did

I never thought this time would come this fast.

Though I know that this is your dream.

Like you always said, to have marry at a young age.

Your dream comes true.

You showed me that words are really part of a prayer.

And now the time has come, to say this to you:


Barokallahu laka wa barokallahu ‘alaika

wa jama’a bainakuma fii khoiri


“Semoga Allah memberi barokah padamu (dalam suka).

Semoga Allah memberi barokah atasmu (dalam duka).

Dan semoga Ia menghimpun kalian berdua dalam kebaikan”

(HR. Sa’id Al Manshur, Abu Dawud, An Nasa’i dan At Tirmidzi)


Congratulation for Anis Septiana fajarwati and Mas Adi for your marriage.

I really wish the best for you both.

Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.


Tons of love,

Dewi Utari

Monday, February 21, 2011

Never Say Never

Ada yang menarik di acara Grammy award kemarin. Ya, seperti terlihat di atas, saat Justin Bieber bersama Jaden Smith menyanyikan lagu Never Say Never.

Memory saya seperti flash back ke hampir 10 tahun yang lalu, tepat ketika saya masih duduk di kelas 2 SMP. Teringat jelas waktu itu pelajaran Bahasa Jawa sedang berlangsung. Saya duduk di sebelah kiri baris belakang. Bapak guru memberi materi, dan selanjutnya kami disuruh untuk menulis aksara jawa. Sambil menunggu muridnya menyelesaikan tugas, Pak Guru berkeliling sambil melihat tugas yang sedang dikerjakan. Tibalah Pak Guru di meja saya. Saya melihat Pak Guru sambil berkata, “saya ga bisa bikin yang ini Pak”. “Dicoba dulu, pasti bisa”, kata Pak Guru meyakinkan.

“Ga bisa Pak”.

“Belum nyoba kok udah bilang ga bisa”, dan Pak Guru berkata sambil terlihat marah dan berlalu pergi.

“oh ya Pak, ini saya coba”

“udah, ga usah”

---------

Kira-kira seperti itulah percakapan yang terjadi dulu. Saya malu terhadap diri saya sendiri kalau ingat itu. Belum apa-apa udah menyerah. Padahal waktu itu hanya disuruh untuk menulis aksara jawa, yang walaupun ada tulisan yang susah toh itu ada contohnya di buku dan saya tinggal lihat buku aja. Dan parahnya sikap saya yang terkadang atau mungkin seringkali berkata tidak ini merembet ke banyak hal.

Kalau dipikir-pikir, kenapa ga nyoba dulu sih, ga ada salahnya juga.

Sejak itu dan sampai hari ini saya masih mencoba untuk tidak menyerah dulu sebelum mencoba. Setidaknya, apapun itu, hal sekecil apapun itu, dicoba dulu. Ya, walau sampai saat ini pun saya terkadang masih berkata “tidak” sebelum mencoba. Minder dan ga percaya dengan kemampuan sendiri.

Barangkali dalam pikiran guru saya waktu itu, saya merupakan murid yang bandel. Disuruh ga langsung ngerjain malah kebanyakan alasan sampai bikin guru marah.

Dan kalau keinget waktu itu bikin sedih aja. Rasa-rasanya pengen minta maaf sama Pak Guru. And maybe, maybe, without he knew about it, I feel so thankful that he taught me to “never say never” before I try.

I will never say never
(I will fight)
I will fight till forever
(Make it right)

Whenever you knock me down
I will not stay on the ground
Pick it up pick it up
Pick it up pick it up
Up, up, up, up, up and never say never

(Never Say Never – Justin Bieber feat Jaden Smith)

Hal menarik lain dari penampilan di atas adalah ketika Usher menyuruh si Justin Bieber mengatakan apa yang dikatakannya waktu pertama kali mereka bertemu.

“If there was meant to be, we will meet again”

Such a beautiful words :)