Saturday, February 20, 2010

Gone Too Soon

18 oktober 2009

Dua kucingku lahir, dengan bulu warna oranye semua..


Jadi, kucingku berjumlah 6. Michan si Induk, ketiga anaknya (snowy, kenzi, dan pooh), plus 2 kucing oranye itu yang juga anak Michan. Wow…


Suasana rumah jadi rame dengan adanya mereka, terlebih ketika waktu makan mereka tiba. Mereka berlari, meong2, muter2 sendiri…

Lalu, beberapa bulan kemudian, orangtuaku merasa bahwa 2 kucing kecil itu harus pergi dari rumah. Aku dan kakak pun bertanya kepada seorang tetangga yang sekiranya mau memelihara mereka. Tapi karena dia sudah punya kucing, jadi dia menolaknya. Aku tawarin ke beberapa teman kampus tapi hasilnya nihil. Mau bikin pengumuman di facebook juga males karena sebenarnya aku masih pengen mereka di rumah saja.

*Oh ya, biasanya aku punya ide untuk memberi nama kucing2ku, tapi sampai beberapa bulan berlalu aku ga kasih nama buat mereka. Akhirnya kakakku yang kasih ide nama yang menurutku aneh.*

As time goes by, mereka tetap di rumah. Kalau ditanya Bapak kok ga jadi dikasihkan ke teman, aku hanya jawab “ni masih nyari yang mau”. Padahal pencarian itu sendiri sudah berakhir. Sempet mau dibuang di suatu tempat juga ma Bapak, tapi aku ma kakak tetep ngotot akan menemukan orang yang mau memelihara mereka, daripada mereka jadi homeless.



Sabtu, 13 Februari 2010

Pas lagi di kampus mengikuti suatu acara dapat sms dari kakak kalau kucing kecilku yang ekornya pendek , yang dipanggil kakakku “onyi”, mati. Memang beberapa hari sebelumnya udah sakit dan muntah2.. lalu semakin melemah dan tingkah lakunya kayak kucing mau mati. Kepala yang selalu menempel di tanah dan suka ke tempat lembab, bahkan kalau kena air diam saja.

Okei, kucingku tinggal (masih) 5 yang berarti aku ga harus repot2 cari orang yang mau memelihara kucing kecil satunya karena kasihan juga kalau harus menyuruhnya pergi.

Tapi, beberapa hari setelah si onyi mati, saudaranya, yang kakakku memanggilnya “ori”, ikutan sakit dan mulai menandakan bahwa dia akan segera menyusul saudaranya.


Jumat, 19 Februari 2010

Ori mati.



Well, that’s life.

There are moment to say “hi” and say ”bye”

4 bulan waktuku bersama mereka. melihat tingkah polahnya yang lucu. Melihat bagaimana mereka berlari kepadaku, melihat mereka bermain bersama saudara2nya..

And now they’re gone..

It’s time for me to say bye to them..

Bye Onyi, bye Ori..

….

dew_miauw


1 comment:

Anonymous said...

hiks. sorry to hear that wi..
smoga mreka tenang, dan mama michan ma si 3 anaknya yang ndut itu diberi kesabaran...
hhuhu